Malam Perjamuan Sastra : Membaca Karya Putu Wijaya

Sedikit tentang Malam Perjamuan Sastra yang diadakan oleh komunitas sastra di Universitas Negeri Yogyakarta. Saat ini, saya tidak mendengar lagi kabar tentang MPS. Apakah sudah surut? Saya juga kurang paham. Artikel ini dimuat di MediaSastra.com pada 25 April 2011. Selamat membaca yaaa 🙂

Jumat (1/4), sebuah komunitas mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengadakan Malam Perjamuan Sastra (MPS) 4: Membaca Karya Putu Wijaya. Acara ini berlangsung di pendopo Fakultas Seni dan Budaya (FSB)Universitas Negeri Yogyakarta. Acara diadakan dengan tujuan mengenalkan karya-karya Putu.

Anggi, koordinator acara malam itu, mengatakan bahwa acara yang diadakan setiap Jumat ini sudah berlangsung empat kali. MPS mengangkat topik yang berbeda setiap minggunya. Kali ini MPS mengangkat karya Putu Wijaya sebab, menurut Rozi Kembara, salah seorang penggagas MPS, karya Putu itu unik dan khas. Yang membuat karya Putu – khususnya yang berbentuk cerpen – unik ialah adanya teror mental di dalam karya tersebut.

Acara dimulai pukul 19.30. Walau hujan turun dan peserta yang ada di pendopo masih sedikit, acara tetap berlangsung tepat waktu. Puisi Battle, yang biasanya hadir di akhir acara, kali ini jadi suguhan pertama sembari menunggu lebih banyak peserta acara. Setelah hujan reda dan peserta mulai memadati pendopo, pembacaan cerpen Putu Wijaya dilangsungkan.

Salah satu cerpen yang dibawakan adalah Setan. Cerpen ini dibacakan oleh Hasan, Sidiq, dan salah seorang pemain gitar.Setan berkisah tentang seorang manusia yang menjadi setan dan dia membadingkan watak manusia dengan wataksetan. Penonton yang menyaksikan pembacaan cerpen ini ikut terbawa suasana. Mereka dihibur oleh tingkah Hasan selaku setan yang mengundang gelak tawa. Selain Puisi Battle dan pembacaan karya Putu, diadakan juga diskusi karya.Mahatir,  mahasiswa PBSID UNY yang hadir dalam MPS, menyatakan acara MPS ini dahsyat dan baik. Dia memuji berlangsungnya acara ini karena dia dapat belajar tentang sastra.

MPS sendiri dilangsungkan karena gagasan dari mahasiswa pencinta sastra di FBS. “Hampir matinya hal-hal yang berbau sastra di UNY membuat kami ingin membuat acara sastra ini,” ujar Rozi. Rozi mengatakan bahwa sebelumnya pernah ada komunitas Hantam yang sering mengadakan pertunjukan seperti malam ini. Namun, Hantam pun surut seiring berjalannya waktu. Karena kecintaan Rozi dan teman-temannya atas sastra, dibentuklah sebuah komunitas tanpa namayang mencoba mengangkat kembali hal-hal yang berbau sastra. Komunitas inilah yang jadi pelaksana MPS.

 

 

Leave a comment